20 Mar 2009

Inikah Ujung Sebuah Perjalanan ?

Aku duduk sendiri di puncak lantai sebuah gedung.
Angin sore berhembus dari utara kota Jakarta mengiringi tenggelamnya sang surya.
Hari pun menjelang malam. Warna jingga di ufuk barat masih tampak
jelas bercampur awan hitam pekat yang sesekali melecutkan kilat
halilintar.
Bagi seseorang yang sedang dilanda asmara,malam ini barangkali penuh
keromantisan yang indah bila dibaitkan dalam kata-kata puisi untuk
sang kekasih. Tapi tidak bagi jiwaku yang masih duduk termenung di
puncak gedung ini,bagai menjalani sebuah wisata hati,barangkali ini
ujung dari perjalanan dan hayalan hari-hari kemarin yang penuh
lika-liku melelahkan. Terjal,naik,turun ,menangis dan tertawa dalam
kegetiran.
Inilah kekayaan sesungguhnya dimana seseorang dapat mendengar aku
bercerita atau melihat aku menumpahkan kata demi kata,kemudian di eja
menjadi kalimat atau nyanyian penghibur kegundahan.
Tak selamanya bunga mawar itu memancarkan keindahan bila ternyata duri
yang kita suntingkan,dan tak selamanya ulat itu sebuah kehinaan bila
kita menghayati darimana ia berasal dan hendak kemana ia setelah mampu
terbang dan hinggap di pucuk bunga.
Inilah wisata hati,dimana aku harus mengoreksi diri.
Ini perjalanan,dari akar pondasi hingga puncak gedung,memandang
bintang di langit,menyaksikan kelelawar terbang tinggi untuk mencari
makan,kemudian kembali lagi ke sarang di pagi hari,menyaksikan
awan-awan berarak,menunggu daun-daun menitikkan embun,kesejukkan dan
perjalanan hidup yang berlangsung terus menerus, menunjukkan
kesemangatan hidup yang tiada putus,menikmati karunia,mensyukuri
anugrah apapun bentuknya.
Semoga dari puncak gedung ini,dimana dapat ku saksikan kemegahan kota
Jakarta yang lengkap dengan keberkahan dan kemaksiatannya, dapat ku
pilih jalan kembali yang membawa pada tujuan hidup hakiki.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar