22 Jun 2009

BINTANG MAHARANI , KERINDUAN ITU BUKAN MILIKMU

Rani,
ketika aku telah sampai di kotamu,
mendung bergulung-gulung
hujanpun turun
dalam dingin yang menusuk
aku tahu kau telah lama merindu.

Rani,
sambutlah aku yang datang dengan restu bundaku
di kota ini kusandarkan sukmaku
tapi kepadaku kau tak pernah bicara
tapi ku genggam lembut tanganmu untuk kau dengarkan sebuah kisah
perjalanan panjangku menelusuri lembah dan puncak-puncak bukit
di sana ku lihat ranting-ranting pinus
pucuk-pucuk hijau daun pohon jati
kembali mekar tumbuh bersemi
kemarau panjang telah terlewati
kegersangan musim meninggalkan kenangan abadi.

Malam ini dingin sekali, Rani
tapi kau tak pernah bergeming
tapi cinta dan kasihku tak pernah membeku
tapi bunga mawar dalam vas kau raih
kau cium
kau cumbu
tapi aku tak mengerti
menghayati makna cintamu aku tak mengerti.

Rani,
barangkali cerita cinta itu hanya indah di buku album
tapi kupercaya kesucianmu tak pernah tak ada
harapanku ini seperti musim semi
musim daun kembali menitikkan butir-butir embun.

Rani,
lihatlah temaram lilin ini
indah bukan menemani kita berdua ?
tapi angin dingin menerpanya, mati
tapi aku tidak ingin gelora asmara itu amarah celaka
aku bukan jiwa pendurhaka
bukan pula pemuja asmara jahiliyah
ku tinggalkan kau sendiri
ku tinggalkan kotamu di malam ini
meninggalkan bekumu, meninggalkan pesonamu
mungkin esok hari hujan akan tercurah kembali
mengguyur atap rumahmu, membanjiri taman dan halaman rumahmu
nanti di musim semi aku kan datang kembali
menyuntingkan bunga mawar di rambut sutramu
menyanyikan lagu-lagu memori
bercerita tentang lembah dan bukit
....kau tahu
selama ini aku hanya bermimpi
bersatu denganmu adalah tak mungkin
tapi ku tahu cintamu abadi
tapi aku mengerti kau tak ada dalam dunia, kini...


Bogor
9 Juli 1997

Tidak ada komentar:

Posting Komentar