22 Mar 2015

Halusinasi

Kamis wage malam jum'at kliwon,

ku tabur kembang dan ku bakar kemenyan,

di sisi makam bundaku yang telah rapuh dimakan rayap,

asap wangi dupa mengingatkanku pada kematian,

yang dalam hidupku paling aku takutkan.





Kematian ?

Ah,

Begitu mengerikankah kematian ?

Yang ditinggal menangis meratap-ratap,

sambil tak lupa mengingat-ingat

seberapa besar kelak warisan yang didapat,

sang arwah sendiri entah selamat entah celaka,

tetangga sekampung turut memanjatkan doa,

padahal ditanggung sendiri seluruh amal perbuatan

sewaktu hidup di dunia.





Aku terjaga,

sebuah tangan lembut menjamah pundakku,

ternyata aku bermimpi

yang membuatku tak bisa terlelap lagi.





Ah, kematian…

benarkah di dunia ini ada kematiam ?

Ku layangkan pandangan ke langit,

hanya kelam,

tak ada bintang gemintang,

ku sapa angin dingin yang menusuk tulang,

kebekuannya mengantarkan aku pada sebuah pintu

tinggi dan kokoh

tertutup rapat,

di bagaian mana aku mengetuknya

atau akan ku ucapkan salam saja,

tapi sunyi tiada jawaban,

desah nafas kecewaku musnah ditelan kegelapan,

aku berpaling,

aku galau,

amat kecewa,

entah mengapa

satu pertanyaan tiada jawaban,

tiba-tiba ku dengar suara tawa menggema,

ku sangka jin atau malaikat

hendak mencabut sukmaku,

tidak !

Aku tidak mau dijemput maut !

Tidak ?

Kematian sendiri aku tak tahu.





Aku terkejut,

sebuah tangan lembut menjamahku,

aku menggigil kedinginan,

dan jatuh bergulingan

ternyata aku bermimpi,

di saat aku bermimpi…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar