8 Apr 2015

Menanti

Siapa

yang berdiri di tepi malamku,

tersenyum

menyeringai,

buas,

bagai harimau rimba,

mengancam menikam belati,

membuat nafas sesak

bagai mati.





Oh,

aku ingin menjerit,

tapi dia bagai tukang sihir,

membuat kaku lisan dan seluruh kata-kata,

serasa maut hendak menjemput,

membuat aku tak ingat lagi.





Tapi angin berdesir,

makin kencang,

menjadi topan menyapu bersih,

aku terlempar

jatuh ke bumi.





Oh bumiku

pijakanku

oh,

telah runtuh peraduanku,

ternyata hanya mimpi,

seram sekali

kapan hidupku damai hati…





Di mana damaiku,

kemana bahagiaku,

lelah benar jazad ini.





Siapa yang berdiri di tepi malamku,

diakah yang merenggut kebahagiaanku ?

Oh

kiranya salah sangka ?

Kiranya mimpi belaka ?





Bahagia

ingin ku ciptakan sendiri ?

Tangan lemah ini menggapai-gapai,

mencari Tuhan puncak damai,

apa yang selam ini aku dambakan

tak lain hanya kedamaian

hanya kedamaian

itu saja.





Bogor 27 Oktober 1996

Tidak ada komentar:

Posting Komentar