"Mungkin orang akan menganggap pernyataan saya sebagai berlebihan,
namun mungkin saja ini bukan sesuatu yang kebetulan, bahwa hanya 2
hari setelah peluncuran rudal-rudal jelajah Kalibr-class oleh
kapal-kapal perang Rusia di Danau Kaspia minggu lalu, kapal induk
Amerika USS Theodore Rossevelt tiba-tiba ditarik dari Teluk Parsi."
Demikian tulis wartawan senior Mexico Jalife-Rahme di koran Le
Jornada, seperti dilansir media Rusia Sputnik News, Rabu (14 Oktober).
Rahme mengutip komentar analis politik Rusia Rostislav Ishchenko,
tentang peluncuran rudal-rudal jelajah Rusia ke posisi-posisi kelompok
teroris Suriah minggu lalu. Menurut analisis Ishchenko, peluncuran
rudal-rudal jelajah itu telah membuat shock para pejabat keamanan
Amerika, termasuk para analis militer internasional.
"Rusia telah mengakhiri dominasi global angkatan laut Amerika," tambah
Rahme dalam tulisannya.
Untuk pertama kalinya Rusia menunjukkan kemampuan melancarkan serangan
rudal jelajah jarak jauh (jarak Laut Kaspia ke Suriah mencapai 1.500
km dan Kalibr-class diklaim Rusia memiliki daya jangkau hingga 2.500
km) tanpa terdeteksi oleh radar-radar Amerika. Sementara kapal-kapal
yang meluncurkan rudal tersebut adalah kapal-kapal kecil dengan ukuran
sekitar 1.000 ton saja. Hal ini mengakibatkan Amerika merasa
'telanjang' dan tidak berdaya di hadapan Rusia dan dengan terburu-buru
langsung menarik kapal induk Rossevelt dari Teluk Parsia dan
membiarkan kawasan itu tanpa penjagaan satu kapal induk pun. Padahal
selama ini setidaknya ada 1 hingga 2 kapal induk Amerika berada di
perairan Teluk Parsia dalam upaya Amerika memberikan 'perlindungan'
kepada sekutu-sekutu Arabnya dari 'ancaman' Iran.
Kapal induk USS Theodore Roosevelt yang mengangkut 65 pesawat tempur
dan 5.000 personil militer telah berada di Teluk Parsia sejak bulan
April lalu untuk membantu kampanye militer anti-ISIS di Irak dan
Suriah.
Amerika sendiri mengatakan bahwa selanjutnya operasi serangan udara
anti-ISIS kini dilakukan oleh pesawat-pesawat dari pangkalan udara
NATO di Turki. Namun dengan penarikan Rossevelt itu terjadi penurunan
operasi udara Amerika secara signifikan.
Setelah serangan Rusia itu kini semua armada laut Rusia dianggap
sebagai ancaman potensial bagi dominasi laut Amerika. Kini para
pengambil kebijakan keamanan Amerika harus mengkaji kembali rencana
militer mereka.
"Aksi tersebut telah menunjukkan kepada dunia bahwa untuk
menghancurkan musuh-musuhnya Rusia tidak perlu berada di dekat Laut
Mediterania, Rusia bisa melakukannya dari Teluk Parsia, dari Selat
Channel, lepas pantai Norwegia, Atlantik utara atau Samudra Pasifik.
Para perencana pertahanan Amerika sebelumnya memperkirakan bahwa Rusia
membutuhkan setidaknya 100 rudal jelajah yang ditembakkan bersama-sama
oleh seluruh kapal dan kapal selam armada Utara dan Armada Pasifik.
Akibatnya, sementara Amerika masih memiliki setidaknya 9 kapal induk
lagi Rusia telah kehilangan sebagian besar kekuatan lautnya.
Namun apa yang dilakukan oleh kapal-kapal flotilla (armada kecil) Laut
Kaspia, yang terletak di danau terpencil antara benua Asia dan Eropa,
membuktikan bahwa Rusia bisa melancarkan serangan mematikan dari jarak
ribuan kilometer.(cahyono-adi)
16 Okt 2015
Rudal-Rudal Jelajah Rusia Berhasil Mengusir Kapal Induk Nuklir Amerika
Baca juga :
Pedang-Pedang Rasulullah Muhammad
Ajaib, Nilai Perdagangan Turki-Israel Terus Meningkat Meskipun Terdapat Retorika Keras
Polisi periksa orangtua kandung Angeline
Pasang Iklan Gratis Di Ayorame.com
Tentang Bid'ah
Manohara Odelia Pinot dan Prita Mulyasari, Kenapa....?
Habib Lutfli di Baiat Langsung Oleh Cucu Syekh Abdul Qadir al Jailany
RI Tuan Rumah Konferensi Penghafal Al-Qur’an Asia
Kisah KH. Ali Mustofa Ya'kub Ribuan Kali Cium Tangan Gus Dur
Netanyahu : Kami “Israel” Dukung Teroris ISIS
Pengakuan Dr Taufiq Ramadhan al-Buthi, Putra Syaikh Ramadhan Al-Buthi tentang Konflik Suriah
Belum Digempur, ISIS Sudah Meninggalkan Palmyra
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar